Indonesia Punya 'Harta Karun' Baru, Bisa Jadi Peluang Bisnis
Dadan Kusdiana, Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, mengatakan hidrogen akan menjadi sumber energi penting di masa depan. Hal ini untuk memastikan target Net Zero Emissions (NZE) tercapai sebelum tahun 2060.
“Terutama untuk aplikasi yang sulit tergantikan dengan listrik. Teknologi ini sudah tersedia, misalnya Australia sudah memiliki proyek skala komersial,” kata Dadan belum lama ini kepada CNBC Indonesia.
Menurut Dadan, hidrogen sendiri memiliki potensi besar untuk dikembangkan, karena menggunakan listrik melalui elektrolisis untuk mengubah air menjadi hidrogen. Harap dicatat bahwa sumber listrik berasal dari pembangkit listrik energi bersih.
"Yang penting energinya berasal dari sumber energi terbarukan," kata Dadan.
Baca Juga: PLN Luncurkan Program Layanan Ekstra Daya, Berikut Penjelasannya
Seperti diketahui, hidrogen hijau dianggap sama pentingnya dengan penyimpanan baterai (energy storage) di masa depan. Selain itu, pemerintah memberikan insentif keuangan bagi sektor publik dan swasta yang ingin mengoptimalkan hidrogen hijau.
Di Indonesia, pengembangan green hydrogen sejalan dengan besarnya potensi energi terbarukan. Kementerian ESDM dan Pemerintah Jerman telah mengkaji potensi pasar green hydrogen Indonesia sekitar 1.895 kT/tahun pada tahun 2021, termasuk industri (termasuk urea, amonia dan refinery, Methanol) melalui Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit GmbH (GIZ)
dan persyaratan lain seperti biofuel, baja hijau, jaringan pulau, produksi sel bahan bakar untuk kendaraan berat.
Sebelumnya, Dadan mengatakan saat ini ada beberapa rencana investasi dan pilot project green hydrogen di Indonesia. Ini termasuk hibrida hidrogen hijau dari tenaga surya dan angin di Sumbha Timur (7-8 MW), proyek percontohan di Ulbel menggunakan air kental panas bumi, dan pembangkit listrik tenaga air besar di Kalimantan utara dan Papua.Termasuk perencanaan proyek, penggunaan hidrogen hijau di Indonesia. Kota baru pada tahun 2045 (4.000 ton untuk angkutan umum, 21.000 ton untuk sektor industri).
Baca Juga: Energi Terbarukan, Berikut Penjelasannya
Namun, Dadan mengungkapkan ada beberapa faktor keberhasilan dalam pelaksanaan Proyek Hidrogen Hijau. Dari penetapan kebijakan hingga akses sumber daya, pasar potensial, standar dan ketersediaan teknologi hingga dukungan keuangan.
“Negara-negara memiliki karakteristik berbeda dalam pengembangan green hydrogen, tetapi memiliki kebutuhan teknis dan finansial yang sama. Tantangannya adalah bagaimana green hydrogen layak secara ekonomi, menarik secara ekonomi dan sosial. Apakah bermanfaat bagi Masyarakat?” tegasnya.