Mengenal Alat Proteksi Fuse Link dan Contoh Perhitungan

fuse link
Fuse Link


Apa Itu Fuse Link dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Fuse link adalah elemen penghantar di dalam fuse (sekering) yang didesain untuk menghantarkan arus listrik normal, tetapi akan meleleh jika terjadi kelebihan beban atau korsleting. Biasanya terbuat dari logam tertentu seperti timah, perak, atau paduan logam lainnya, yang memiliki titik leleh yang terukur secara presisi. Ketika arus listrik melebihi kapasitas fuse, panas yang dihasilkan menyebabkan fuse link meleleh dan memutus rangkaian listrik.

Cara kerja fuse link ini sederhana namun efektif. Dalam kondisi normal, arus mengalir melewati fuse link tanpa hambatan berarti. Namun jika terjadi lonjakan arus, misalnya karena hubung singkat maka suhu pada fuse link meningkat secara drastis. Begitu suhu ini melebihi titik leleh material, fuse link akan putus dan memutus aliran listrik sebelum kerusakan merambat ke bagian sistem lainnya.

Fuse link difungsikan untuk pengaman terhadap arus listrik pada jaringan listrik tegangan menengah dan digunakan juga sebagai pengaman trafo.

Keunggulan dan Kelemahan Penggunaan Fuse Link

Salah satu keunggulan utama dari fuse link adalah kesederhanaan dan keandalannya. Tanpa memerlukan sistem elektronik atau mekanik tambahan, fuse link mampu merespons lonjakan arus secara otomatis dan instan. Komponen ini juga relatif murah dan mudah ditemukan, sehingga menjadi pilihan ideal untuk proteksi awal dalam sistem kelistrikan.

Namun, fuse link juga memiliki keterbatasan. Salah satu kekurangannya adalah harus diganti setelah terjadi pemutusan arus. Berbeda dengan pemutus sirkuit (MCB) yang dapat di-reset, fuse link yang sudah putus tidak bisa digunakan kembali. Selain itu, fuse link tidak memberikan sinyal atau indikator sebelum terjadi kerusakan, sehingga pengguna harus melakukan pemeriksaan rutin atau menyediakan cadangan fuse untuk berjaga-jaga.

Pentingnya Perawatan dan Pemilihan Fuse Link yang Tepat

Penggunaan fuse link yang tidak sesuai kapasitas dapat menyebabkan gangguan pada sistem kelistrikan. Jika nilai arus fuse terlalu tinggi, maka fuse tidak akan putus saat terjadi lonjakan arus sehingga membiarkan kerusakan merambat. Sebaliknya, jika terlalu rendah, fuse akan sering putus meski dalam kondisi beban normal. Oleh karena itu, penting untuk menghitung kapasitas fuse berdasarkan daya dan jenis beban yang digunakan.

Contoh perhitungan rating fuse link untuk sistem distribusi listrik tegangan menengah (TM):

Daya trafo: 800 kVA

Tegangan: 20 kV

Rumus:

Fuse link max = (Daya trafo * 1000) / (tegangan * 1,732)

Ket: 1,732 didapat dari akar 3, karna trafo yang gunakan adalah 3 phase.

Maka dapat dihitung:

Fuse link max (800 * 1000) / (20000 * 1,732) = 23,1 A

Pilih ukuran standar terdekat di atasnya, ukuran standar terdekat di atas 23,1 A adalah 25 A.

Jadi, untuk trafo 800 kVA di jaringan 20 kV, digunakan fuse link 25 A.

Selain itu, kondisi fuse link juga harus diperiksa secara berkala, terutama pada sistem yang kritikal seperti panel listrik industri atau instalasi listrik luar ruangan. Kelembaban, korosi, dan keausan bisa mempengaruhi kinerja fuse link. Pastikan fuse disimpan dan dipasang dalam kondisi yang sesuai dengan standar keamanan listrik nasional (SNI atau IEC).

Kesimpulan

Fuse link mungkin bukanlah komponen yang mencolok dalam sistem kelistrikan, tetapi perannya sangat penting dalam menjaga keselamatan dan keandalan instalasi listrik. Dengan memahami cara kerja, serta keunggulan dan kelemahannya, kita bisa memilih fuse link yang tepat dan memastikan sistem kelistrikan tetap berjalan aman dan efisien.



Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url