Memahami Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir​

Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) atau yang dikenal sebagai nuklir power plant adalah sebuah pabrik yang mengubah energi nuklir menjadi energi listrik. Pabrik ini sangat besar dan kompleks, dan secara umum terdiri dari beberapa komponen utama: reaktor nuklir, turbin uap, generator, dan sistem pendingin.

PLTN menjadi alternatif bagi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga batubara (PLTU), karena relatif lebih efisien dalam mengolah bahan bakar nuklir. Selain itu, teknologi PLTN juga telah berkembang sehingga dapat meminimalkan risiko kecelakaan.

Sebagai contoh, pada PLTN Fukushima Daiichi yang terkena gempa bumi dan tsunami tahun 2011, tidak terjadi ledakan seperti yang dihadapi oleh PLTU Chernobyl pada tahun 1986. Hal ini dikarenakan sistem pendingin reaktor nuklir Fukushima Daiichi masih berfungsi dengan baik, sehingga mencegah reaktor overheat dan meledak.

Namun demikian, masih ada berbagai kekhawatiran akan potensi risiko yang ditimbulkan oleh PLTN, seperti radiasi, lingkungan, dan keselamatan. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban untuk melakukan regulasi yang ketat agar teknologi ini dapat beroperasi dengan aman.

Apa Itu Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir?

Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) atau nuklir power plant adalah sebuah pembangkit listrik yang menggunakan energi nuklir untuk menghasilkan listrik. Nuklir power plant telah menjadi pilihan utama untuk pembangkit listrik di seluruh dunia karena kelebihannya dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga lainnya.

Kelebihan pembangkit listrik tenaga nuklir adalah:
1. Efisiensi daya yang tinggi: PLTN mampu menghasilkan listrik lebih banyak daripada pembangkit listrik lainnya per unit bahan bakar yang digunakan.
2. Bahan bakar yang dapat diperbaharui: Bahan bakar utama PLTN, yakni uranium, dapat diperbaharui.
3. Tidak menghasilkan emisi karbon: Pembangkit listrik tenaga nuklir tidak menghasilkan emisi karbon seperti pembangkit listrik tenaga batubara dan gas. Oleh karena itu, PLTN sangat cocok untuk negara-negara yang ingin mengurangi emisi gas rumah kaca.
4. Pemanfaatan limbah: Limbah radioaktif dari PLTN dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik nuklir selanjutnya.

Kelebihan-kelebihan di atas membuat PLTN menjadi pilihan utama bagi negara-negara yang ingin meningkatkan produksi listriknya. Akan tetapi, seperti semua teknologi, PLTN juga memiliki kekurangan. Kekurangan utama PLTN adalah biaya yang mahal. 

Untuk membangun sebuah pabrik nuklir, biaya yang dibutuhkan jauh lebih besar daripada pembangkit listrik tenaga lainnya. Selain itu, risiko kerusakan pada PLTN juga lebih tinggi daripada teknologi lainnya. Pada saat kerusakan terjadi, dampaknya juga lebih luas dan berbahaya.

Namun demikian, negara-negara di seluruh dunia masih tetap memilih untuk membangun PLTN karena manfaatnya yang lebih besar daripada kekurangan. Pembangkit listrik tenaga nuklir merupakan pilihan yang bagus untuk negara-negara yang ingin meningkatkan produksi listrik dengan teknologi yang aman dan efisien.

Komponen Utama Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

​Pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN merupakan suatu sistem yang mengolah bahan bakar nuklir untuk menghasilkan energi listrik. Komponen utama PLTN adalah reaktor nuklir, turbin uap, generator listrik, dan sistem pengkondisian udara.

Reaktor nuklir adalah suatu perangkat yang mengolah bahan bakar nuklir untuk menghasilkan energi panas. Energi panas ini kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin uap yang akan menggerakkan generator listrik. Bahan bakar nuklir yang digunakan pada reaktor nuklir adalah bahan bakar fisik, seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam.

Turbin uap adalah suatu perangkat yang mengolah energi panas menjadi energi mekanis. Energi mekanis ini kemudian digunakan untuk menggerakkan generator listrik. Turbin uap terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu rotor, stator, dan kondensor.

Generator listrik adalah suatu perangkat yang mengolah energi mekanis menjadi energi listrik. Generator listrik terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu stator, rotor, dan kapasitor.

Sistem pengkondisian udara adalah suatu sistem yang mengolah udara sehingga mencapai suhu dan tekanan yang diinginkan. Sistem pengkondisian udara terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu kompresor, kondensor, dan evaporator.

Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

​Pltn merupakan pembangkit listrik tenaga yang berbahan bakar nuklir. Pltn singkatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Nuklir sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu nucleus yang berarti inti. Inti nuklir adalah bagian dari atom yang paling berat dan paling kuat.

Bahan bakar fisika nuklir adalah bahan bakar yang terdiri dari unsur-unsur radioaktif seperti uranium dan plutonium. Sedangkan, bahan bakar nuklir secara teknis adalah bahan bakar yang berisi unsur-unsur radioaktif seperti uranium dan plutonium yang dibuat dengan cara ditubuhkan dan dijadikan satu.

Dalam sejarah, penemuan bahan bakar nuklir dimulai ketika seorang ilmuwan Belanda, Antonie van Leeuwenhoek, secara tidak sengaja menemukan partikel radioaktif dalam batu bara. Kemudian, seorang ilmuwan Jerman, Siegfried Marcus, secara tidak sengaja menemukan unsur uranium dalam batu bara. Marcus melanjutkan penelitiannya dengan mengisolasi unsur uranium dan membuat senjata nuklir pertama kali di dunia.

Senjata nuklir Markus dipercaya sebagai satu-satunya senjata nuklir yang pernah digunakan selama perang dunia. Kedua, perang dunia telah berakhir dan sejarah hidup Markus pun berakhir secara tragis. Markus meninggal dunia karena radiasi yang dihasilkan oleh senjata nuklirnya sendiri.

Sejak itulah, teknologi nuklir semakin berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada umumnya. Bahan bakar nuklir sekarang ini sangat aman dan telah digunakan secara luas dalam berbagai bidang, termasuk untuk pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

PLTN adalah sebuah pembangkit listrik tenaga yang menggunakan bahan bakar nuklir sebagai sumber energinya. PLTN merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan suplai energi di Indonesia. Dengan adanya PLTN, diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan energi di Indonesia, terutama listrik.

Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan PLTN karena memiliki sumber daya alam seperti batu bara, minyak bumi, gas alam, uranium, dan plutonium yang merupakan bahan bakar fisika nuklir. Indonesia juga telah memiliki teknologi untuk mengolah bahan-bahan tersebut menjadi bahan bakar nuklir.

Selain itu, Indonesia juga memiliki lahan yang luas dan kondisi geologi yang kondusif untuk pembangunan PLTN. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), luas wilayah Indonesia adalah 1.9 juta km2 dengan garis laut sepanjang 81.000 km. 

Kondisi geologi Indonesia yang memiliki banyak gunung berapi dan letusan sungai-sungai juga kondusif untuk pembangunan PLTN karena diperlukan untuk proses pendinginan.

Oleh karena itu, potensi Indonesia untuk mengembangkan PLTN sangatlah besar. Pembangunan PLTN di Indonesia akan sangat bermanfaat bagi masyarakat karena akan meningkatkan ketersediaan energi di Indonesia. Selain itu, pembangunan PLTN juga akan mendatangkan investasi asing dan memberikan manfaat ekonomi bagi daerah tempat PLTN dibangun.

Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

​Pembangkit nuklir, atau power plant nuclear, adalah sebuah pembangkit listrik yang memanfaatkan energi nuklir untuk menggerakkan turbin uap. Prosesnya dimulai dari bahan bakar pltn yang dipanaskan hingga mendidih, sehingga menghasilkan uap bertekanan tinggi. Uap ini kemudian menggerakkan turbin yang akan menggerakkan generator listrik.

Sumber energi pltn sendiri berasal dari fisika nuklir, yaitu energi yang terkandung dalam inti atom. Energi ini dihasilkan dari reaksi fisika dan kimiawi yang terjadi dalam inti atom. 

Pada inti atom, terdapat partikel yang disebut neutron. Jika salah satu neutron diinti atom bertabrakan dengan inti atom lain, maka akan mendeteksi sebuah neutron baru dan sebuah reaksi kimiawi akan terjadi. Dari reaksi kimiawi inilah energi nuklir dihasilkan.

Namun demikian, untuk mengolah energi nuklir menjadi energi listrik, bukanlah hal yang mudah. Pembangkit nuklir haruslah dibuat dengan sangat ketat dan dengan standar yang tinggi, agar tidak terjadinya ledakan atau kerusakan yang berakibat fatal. 

Oleh karena itu, negara-negara yang memiliki pembangkit nuklir biasanya memiliki badan khusus yang mengawasi dan mengatur seluruh prosesnya, agar selalu dalam kondisi yang aman dan terkontrol.

Saat ini, ada beragam jenis pembangkit nuklir yang beroperasi di berbagai negara. Salah satunya adalah pembangkit nuklir CANDU (Canadian Deuterium Uranium), yang menggunakan bahan bakar uran dan deuterium. 

Pembangkit jenis ini sangat populer di Kanada, China, dan India, karena relatif lebih mudah dalam pengolahannya. Selain itu, pembangkit CANDU juga relatif lebih aman dan hemat energi dibandingkan jenis pembangkit lainnya.

Bagi negara-negara yang memiliki pembangkit nuklir, pembangkit ini merupakan salah satu nilai strategis penting. Pembangkit nuklir memberikan contribusi yang sangat besar dalam menyediakan energi listrik bagi masyarakat. 

Selain itu, pembangkit juga memberikan manfaat lain seperti penelitian dan pengembangan teknologi nuklir, serta bidang-bidang lainnya. Oleh karena itu, pembangkit nuklir sangatlah penting bagi suatu negara, baik dari segi ekonomi maupun politik.

Biaya Operasional Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

​Operasional pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) mengacu pada seluruh biaya yang terkait dengan pengoperasian dan pemeliharaan sebuah PLTN. Ini termasuk, tetapi tidak terbatas pada, gaji para pegawai, biaya kelistrikan, perlengkapan, dan bahan bakar.

Pada umumnya, PLTN beroperasi selama 30-40 tahun, setelah itu, ia perlu ditutup dan dibersihkan. Proses ini disebut "penanganan pasca-operasi" dan biayanya dapat mencapai 10-20% dari biaya operasional total selama masa operasi PLTN.

Walaupun biaya operasional PLTN relatif tinggi, namun ia masih kompetitif dibandingkan dengan alternatif penghasil energi lainnya, seperti energi batu bara dan gas alam. Selain itu, teknologi PLTN telah berkembang sehingga biaya operasional telah menurun selama beberapa dekade terakhir.

Kekurangan PLTN

Walaupun biaya operasional relatif rendah, namun investasi awal untuk membangun sebuah PLTN sangat besar. Oleh karena itu, PLTN hanya cocok untuk negara-negara dengan ekonomi yang kuat.

Selain itu, pembangunan sebuah PLTN sangat rumit dan membutuhkan waktu yang lama, biasanya sekitar 10-15 tahun. Ini berarti bahwa negara-negara yang ingin membangun PLTN harus memiliki kemampuan untuk mengendalikan proyek dengan baik dan dapat menyediakan modal sendiri.

Untuk negara-negara dengan sumber daya nuklir yang terbatas, PLTN mungkin tidak menjadi pilihan yang tepat, karena mereka harus mengimpor bahan bakar nuklir dari negara-negara lain. Hal ini dapat meningkatkan biaya operasional dan juga menimbulkan masalah politis.

Pengertian PLTN

PLTN adalah singkatan dari "Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir". PLTN adalah sebuah pabrik yang menggunakan energi nuklir untuk menghasilkan listrik. Energi nuklir dihasilkan dari reaksi nuklir, yaitu reaksi kimiawi antara atom-atom.

PLTN biasanya menggunakan bahan bakar seperti uranium atau plutonium untuk memulai reaksi nuklir. Setelah reaksi dimulai, ia akan berjalan sendiri dan bahan bakar akan terus digunakan untuk mempertahankan reaksi. Untuk menghentikan reaksi, sebuah sistem pendingin akan digunakan untuk mengurangi tekanan dan suhu dalam reaktor.

Reaksi nuklir akan menghasilkan panas yang akan digunakan untuk mendidih air. Uap yang dihasilkan akan bergerak melalui turbin yang akan memutar generator untuk menghasilkan listrik. Setelah air mendidih, ia akan dikirim kembali ke reaktor untuk dipanaskan kembali dan proses akan terus berulang.

Proses Energi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

​Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, atau Nuclear Power Plant, adalah sebuah pembangkit listrik tenaga yang mengandalkan reaksi nuklir untuk menghasilkan energi. Pada prinsipnya, sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir adalah sebuah boiler yang mengubah energi panas menjadi energi listrik.

Pertama-tama, sebuah nuklir Power Plant membutuhkan bahan bakar, yaitu sejenis batu kapur (Uranium atau Plutonium) yang tinggi kandungan radioaktifnya. Bahan bakar ini dibakar dalam sebuah Reaktor Nuklir. Reaktor nuklir ini berfungsi sebagai “kandang” untuk bahan bakar dan tempat dimana bahan bakar akan mendapatkan pemanasan hingga mendidih. Didihnya bahan bakar ini yang akan menggerakkan sebuah turbin yang menghasilkan energi listrik.

Proses kerja dari sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir adalah sebagai berikut:

1. Bahan bakar uranium atau plutonium (batu kapur) dibakar di dalam sebuah reaktor nuklir.

2. Pemanasan yang terjadi di dalam reaktor nuklir akan menyebabkan bahan bakar mendidih.

3. Mendidihnya bahan bakar ini yang akan menggerakkan sebuah turbin yang menghasilkan energi listrik.

4. Energi listrik hasil dari turbin digunakan untuk mengoperasikan sel-sel pendingin yang berisi air.

5. Air yang berisi sel-sel pendingin ini akan menjadi udara dingin yang akan mendinginkan reaktor nuklir.

6. Proses pembakaran bahan bakar dan pendinginan reaktor nuklir ini akan berulang-ulang selama pembangkit listrik tenaga nuklir beroperasi.

Pembangkit listrik tenaga nuklir sangat efisien dalam menghasilkan energi listrik dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga lainnya, seperti pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), dan pembangkit listrik tenaga biomassa. 

Selain itu, pembangkit listrik tenaga nuklir juga relatif lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga lainnya, karena tidak menghasilkan gas rumah kaca yang berbahaya bagi lingkungan.

Namun demikian, pembangkit listrik tenaga nuklir juga memiliki beberapa kelemahan, seperti biaya operasional yang cukup mahal, dan potensi bahaya akibat kecelakaan nuklir. Oleh karena itu, pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir haruslah dilakukan dengan hati-hati dan teliti agar potensi risiko yang ditimbulkan dapat diminimalisir sekecil mungkin.

Manfaat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

​Pembangkit listrik tenaga nuklir adalah sebuah teknologi yang telah dikembangkan selama bertahun-tahun dan telah terbukti menjadi salah satu teknologi pembangkit listrik yang paling andal dan hemat energi. Pembangkit listrik nuklir dapat menghasilkan listrik dengan biaya investasi yang relatif rendah, biaya operasional yang relatif rendah, dan emisi CO2 yang rendah. 

Oleh karena itu, pembangkit listrik nuklir sangatlah populer di seluruh dunia dan telah digunakan untuk menyediakan sebagian besar kebutuhan listrik di beberapa negara.

Akan tetapi, seperti halnya teknologi apapun, pembangkit listrik nuklir juga memiliki beberapa kelemahan. 

Pertama, pembangkit listrik nuklir membutuhkan bahan bakar radioaktif untuk menghasilkan listrik. Bahan bakar radioaktif ini dapat berbahaya bagi manusia dan lingkungan sekitar jika tidak dikelola dengan benar. 

Kedua, pembangkit listrik nuklir juga dapat menyebabkan polusi udara. Oleh karena itu, beberapa negara telah menghentikan proyek pembangkit listrik nuklir mereka atau mengurangi penggunaannya.

Namun, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, manfaat pembangkit listrik tenaga nuklir lebih besar daripada kelemahannya. Pembangkit listrik nuklir dapat menyediakan listrik yang dibutuhkan oleh negara-negara dengan biaya investasi yang relatif rendah. 

Pembangkit listrik nuklir juga dapat bekerja secara efisien dan hemat energi. Pembangkit listrik nuklir juga dapat menghasilkan listrik dengan emisi CO2 yang rendah. Oleh karena itu, pembangkit listrik nuklir masih merupakan teknologi pembangkit listrik yang populer dan banyak digunakan di seluruh dunia.

Resiko Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

​Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan salah satu bentuk pembangkit listrik tenaga primer yang berdasar pada reaksi nuklir fisi. Di Indonesia, ada beberapa lokasi yang ditunjuk sebagai calon pembangkit listrik tenaga nuklir, yaitu: Muara Teweh, Central Kalimantan; Muria, Jepara, Central Java; Gresik, East Java; Cirebon, West Java; Sumbawa Besar, West Nusa Tenggara.

PLTN adalah sebuah teknologi yang relatif baru dan masih dalam perkembangannya. Beberapa negara telah mengadopsinya sebagai salah satu opsi pembangkit listrik, namun di beberapa negara juga PLTN ditentang karena masih adanya beberapa risiko yang terkait dengannya.

Risiko utama dari pembangkit listrik tenaga nuklir adalah serangan udara. Seperti yang telah terjadi sebelumnya, seperti pada serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat. Serangan udara dapat menyebabkan ledakan dan kerusakan pada reaktor nuklir, sehingga mencemarkan udara dan menimbulkan bahaya bagi manusia dan lingkungan.

PLTN juga berisiko terjadinya korosi pada material-material yang digunakan dalam pembangkit listrik. Korosi ini dapat menyebabkan bocornya radioaktifitas ke dalam air dan udara sekitar lokasi pembangkit listrik. Bocoran radioaktifitas dapat menyebabkan keracunan makanan dan minuman, serta penyakit-penyakit yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan.

Selain itu, teknologi PLTN sendiri masih belum sempurna. Beberapa negara telah mengalami kebakaran dan ledakan pada pembangkit listrik mereka. Salah satu contohnya adalah kebakaran pada pembangkit listrik nuklir Three Mile Island, Amerika Serikat pada tahun 1979. Kebakaran dan ledakan ini menyebabkan bocoran radioaktifitas yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan sekitar.

Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk mengadopsi PLTN sebagai salah satu opsi pembangkit listrik, negara-negara harus benar-benar mempertimbangkan segala risiko dan dampak yang dapat timbul dari teknologi ini.

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir dan Lingkungan

​Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sangat dianjurkan sebagai alternatif pengganti energi fosil seperti batubara dan minyak bumi. Untuk menghasilkan listrik, PLTN mengandalkan reaksi nuklir di dalam reaktor nuklir yang menghasilkan panas. Panas ini kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin yang akan menghasilkan energi listrik.

PLTN dilabel sebagai pembangkit listrik berkelanjutan karena uranium yang digunakannya sebagai bahan bakar nuklir tidak akan habis selama ribuan tahun. Selain itu, jumlah uranium yang dibutuhkan untuk sebuah PLTN sangatlah sedikit, sehingga biaya yang dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan sebuah PLTN juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya.

Namun, selain keuntungan-keuntungan di atas, ada juga beberapa hal negatif yang perlu dipertimbangkan sebelum memilih PLTN sebagai pembangkit listrik. Pertama, reaksi nuklir yang terjadi di dalam reaktor nuklir akan menghasilkan limbah radioaktif yang sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan. 

Kedua, sebuah kecelakaan nuklir dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang irreversibel. Ketiga, biaya untuk membangun dan mengoperasikan sebuah PLTN relatif lebih mahal dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya.

Oleh karena itu, sebelum memilih PLTN sebagai pembangkit listrik, perlu melakukan analisis secara mendalam untuk menentukan apakah keuntungan-keuntungan yang ditawarkan oleh PLTN melebihi risiko-risiko yang ada.

Kesimpulan

​Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) termasuk jenis pembangkit listrik tenaga elektromagnetik. Tidak seperti pembangkit listrik tenaga air, angin, atau panas bumi, PLTN mengandalkan energi dalam inti atom untuk menggerakkan turbin yang menggerakkan generator untuk menghasilkan energi listrik.

PLTN relatif baru dibandingkan dengan teknologi pembangkit listrik lain. Pada tahun 1954, Pemerintah Federal Amerika Serikat dan Pemerintah Jepang bekerja sama untuk mendirikan Kursus Internasional untuk Pembangunan Reaktor Nuklir (INSCOW), sebuah organisasi yang memberikan dukungan teknis dan pendanaan bagi negara-negara yang ingin membangun program nuklir mereka sendiri. 

Proyek nuklir pertama adalah Obninsk Nuclear Power Plant di Rusia, yang mulai beroperasi pada tahun 1954. Proyek nuklir kedua adalah Calder Hall Nuclear Power Plant di Inggris, yang mulai beroperasi pada tahun 1956.

PLTN mulai terdesentralisasi pada 1960-an dan 1970-an, ketika negara-negara seperti India, Cina, Korea Selatan, dan Taiwan membangun program nuklir mereka sendiri. Pada 1980-an, sektor nuklir Eropa dan Amerika Serikat juga mulai terdesentralisasi. Pada 1990-an, sektor nuklir Asia mulai tumbuh pesat, dengan China dan India menjadi negara-negara dengan pembangkit listrik nuklir terbesar di dunia.

PLTN dianggap sebagai salah satu opsi energi limpah karena tidak menghasilkan gas rumah kaca yang berpotensi meningkatkan efek rumah kaca. Walaupun demikian, PLTN masih belum mencapai potensinya sebagai energi limpah karena sangat mahal dan kompleks untuk dibangun, serta masih adanya ketakutan akan bencana nuklir seperti Chernobyl dan Fukushima.

Namun, PLTN masih dianggap sebagai opsi energi yang layak untuk dikembangkan karena keuntungannya yang jelas. Jika dibandingkan dengan energi fosil, nuklir memberikan banyak keuntungan dalam hal efisiensi dan biaya. Selain itu, potensi PLTN sebagai energi limpah juga memberikan harapan bagi masa depan energi nuklir.

Baca juga.

Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa

PLTB

PLTU

Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut

Ocean Thermal Energy Conversion

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url